Senin, 21 Juli 2014

Filsafat Ilmu dan Logika

Hana Rufaida Heliza Putri
1501202944
Filsafat Ilmu dan Logika



FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN


Sudah kodrat manusia untuk selalu mempertanyakan atas segala peristiwa, keadaan dan sesuatu dalam hidupnya. hal ini merupakan hal yang lumrah karna segala pertanyaan tersebut adalah asal muasal dari suatu ilmu yang mendasari segala ilmu yaitu filsafat. pertanyaan-pertanyaan manusia yang tidak terjawab oleh ilmu pengetahuan lain mungkin juga tidak bisa dijawab dengan filsafat, namun disini... filsafat menjadi wadah dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut dikumpulkan, diterangkan dan diteruskan.

sedangkan, apa bedanya filsafat dengan ilmu pengetahuan?

ilmu pengetahuan adalah "pengetahuan metodis, sistematis dan koheren ("bertalian") tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan."

sementara filsafat adalah "pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan."

Filsafat berasal dari bahasa Yunani:
Philos (pencari) dan Sophia (kebijaksanaan) dapat diartikan sebagai "Cinta akan Pengetahuan."
ada 3 hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat:
-keheranan; thaumasia. "mata kita memberikan pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit." -Plato.
-kesangsian; Agustinus (354-430), Descartes (1596-1650) menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran, kemudian ia ragu-ragu apakah Ia telah ditipu dengan panca inderanya? 
-kesadaran keterbatasan; ketika manusia menyadari betapa kecil dan lemahnya ia dibanding alam semesta disekelilingnya. 

3jenis abstraksi:
Aristoteles (384-322) menyatakan pemikiran kita melewati 3 jenis abstraksi (abstrahe; menjauhkan diri, mengambil dari.) setiap jenis abstraksi menghasilkan "matematis dan pengetahuan teologis"

Tahap 1
Fisika (physos; alam)
3 dorongan awal baru akan muncul apabila manusia merasakan pengamatan inderawi (hile aistete). Akal budi menghasilan, bersama materi yang "abstrak" ini pengetahuan yang disebut fisika.

Tahap 2
Matesis (matematika; pengetahuan, ilmu)
terjadi ketika akal budi melepaskan dari materi hanya segi yang dapat dimengerti (hyle noete).kemudian kita dapat menghitung dan mengukur. 

Tahap 3
Teologi (filsafat pertama)
kita telah dapat mengabstrahir dari semua materi. berkaitan dengan kenyataan yang paling luhur yaitu Tuhan. semua bidang ditinggalkan dan jadi tak berguna lagi disini. (Aristoteles).

pengetahuan yang mencakup ketiganya adalah Metafisika.




Cabang – Cabang Filsafat

Filsafat bertanya tentang seluruh kenyataan, tetapi selalu salah satu segi dari kenyataan sekaligus yang menjadi titik fokus penyelidikan kita. 
Filsafat dapat dibagikan atas :
(1) Filsafat tentang pengetahuan :
1.1 epistemologi 
1.2 logika
1.3 kritik ilmu-ilmu
(2) Filsafat tentang keseluruhan kenyataan :
2.1 metafisika umum atau ontologi
2.2 metafisika khusus, terdiri dari :
2.21 teologi metafisik
2.22 antropologi
2.23 kosmologi
(3) Filsafat tentang tindakan :
3.1 etika
3.2 estetika
Pembagian seperti diatas ini estetika merupakan skema yang paling klasik dan paling umum diterima, semua cabang dibicarakan secara singkat. Berikut pemahaman atau pengertian dari cabang ilmu filsafat berdasarkan skema diatas.
1.1 Epistemologi
Pertanyataan-pertanyaan tentang kemungkinan pengetahuan, tentang batas-batas pengetahuan, tentang asal dan jenis-jenis pengetahuan, dibicarakan dalam epistemonologi. Kata epistemonologi yang artinya pengetahuan (dari kata Yunani “logia”), tentang pengetahuan (“episteme”). Setelah setiap kali tercapai suatu puncak suatu pemikiran orang mulai mengalami keraguan. Orang bertanya apakah kita didunia ini memang pernah akan mampu mencapai kepastian tentang keberadaan pengetahuan, hal tersebut disebut skeptisisme. Pada kenyataannya setiap orang memiliki sisi skeptisis, menerima bahwa sekurang-kurangnya ada beberapa hal yang pasti. Ada 2 aliran falsafi yang main peranan besar dalam diskusi tentang proses pengetahuan, yaitu rasionalisme dan emperisme. Rasionalisme terbentuk dari kata latin “ratio”, akal budi yang mengajarkan bahwa akal budi merupakan sumber utama untuk pengetahuan. Lawan rasionalisme, emperisme yang berasal dari kata Yunani “empeiria”, pengalaman mengajar bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi bukan dari akal budi. Karna akal budi diisi dengan kesan-kesan yang berasal dari pengamatan.

1.2 Logika
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani (“logikos”, “berhubungan dengan pengetahuan”, “berhubungan dengan bahasa”) singkatnya cabang filsafat ini menyelidiki kesehatan cara berpikir, aturan-aturan mana yang harus dihormati supaya pernyataan-pernyataan kita sah. Logika hanya merupakan suatu teknik atau “seni” yang mementingkan segi formal, bentuk dari pengetahuan.

1.3 Kritik ilmu – ilmu 
Perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mula-mula kecil sekali. Ilmu-ilmu dapat dibagikan atas 3 kelompok :
• Ilmu-ilmu formal (matematika dan logika)
• Ilmu-ilmu empiris formal (ilmu alam, ilmu hayat)
• Ilmu-ilmu hermeneutis (seperti sejarah, ekonomi).

1.4 Metafisika Umum
Filsafat menyelidiki seluruh kenyataan. Dalam logika diajarkan suatu prinsip yang mengatakan makin besar ekstensi suatu istilah atau pernyataan makin kecil komperehensi istilah atau pernyataan itu. Metafisika umum (atau “ontologi”) berbicara tentang segala sesuatu sekaligus jauh itu “ada”. “Adanya“ segala sesuatu merupakan suatu “segi” dari kenyataan yang mengatasi semua perbedaan  antara benda-benda dan makhluk-makhluk hidup. Oleh karena itu pengetahuan tentang pengada-pengada sejauh mereka ada disebut “ontologi”. Pertanyaan-pertanyaan dari ontologi itu misalnya “apakah kenyataan merupakan kesatuan atau tidak?”. Pertanyaan-pertanyaan dari ontologi langsung berhubungan dengan sikap manusia terhadap pertanyaan paling mendasar, terutama pertanyaan tentang adanya pencipta dari seluruh ciptaan. Jawaban-jawaban yang diberikan atau pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam ontologi mengungkapkan suatu kepercayaan. Sampai sekarang dibedakan 4 jenis “kepercayaan ontologis”, yaitu ateisme, agnostisisme, panteisme, dan teisme. Ateisme dari bahasa Yunani “a” yang artinya “bukan”, dan “teos”, “Tuhan” mengajarkan bahwa tuhan tidak ada, bahwa manusia sendirian dalam kosmos atau surga yang kosong. Agnostisisme dari bahasa Yunani yang artinya “a”, “bukan” dan “gnosis” yang artinya pengetahuan, mengajarkan bahwa tidak dapat diketahui apakah tuhan ada atau tidak sehingga pertanyaan tentang tuhan selalu terbuka. Panteisme yang artinya segala sesuatunya Tuhan yang mengajarkan bahwa seluruh kosmos sama dengan tuhan sehingga tidak ada perbedaan antara pencipta dan ciptaan. Teisme mengajarkan bahwa tuhan itu ada, bahwa terdapat perbedaan antara pencipta dan ciptaan.
Antologi atau metafisika umum merupakan cabang filsafat yang sekarang ini sangat problematis karena manusia disini melewati batas-batas kemungkinan-kemungkinan akal budinya.

1.5 Teologi Metafisik
Teologi metafisik berhubungan erat dengan ontologi dalam teologi metafisik diselidiki apa yang dapat dikatakan tentang adanya tuhan, terlepas dari agama dan wahyu. Teologi metafisik tradisional biasanya terdiri dari dua bagian : bagian pertama berbicara tentang “bukti-bukti” untuk adanya tuhan ,dan bagian kedua berbicara tentang nama-nama ilahi. Teologi metafisik hanya menghasilkan suatu kepercayaan yang sangat sederhana dan cukup miskin dan abstrak. Teologi ini sering dipakai oleh banyak kaum untuk menyampaikan pendapat mereka mengenai tuhan karena banyak kaum yang tidak akan menerima argumen-argumen yang berasal dari teologi yang terikat pada suatu wahyu khusus. Teologi metafisik sekarang ini masih ettap merupakan usaha untuk menciptakan ruang dialog antara iman dan akal budi.

1.6 Antropologi
Cabang filsafat yang bebicara tentang manusia disebut antropologi. Setiap filsafat mengandung secara eksplisit atau implisit suatu pandangan tentang manusia, tentang tempatnya dalam kosmos, tentang hubungannya dengan dunia, dengan sesama dan dengan Transendensi. Dalam cabang filsafat antropologi manusia hidup dalam dimensi sekaligus ia adalah kombinasi dari materi dan hidup, badan, dan jiwa. Ia memiliki kehendak dan pengertian. Manusia merupakan seorang individu, tetapi ia tidak dapat hidup tanpa orang lain.

1.7 Kosmologi 
Kosmologi atau “filsafat alam” berbicara tentang dunia. Kata Yunani “kosmos” lawannya dari “chaos”, berarti dunia, aturan, dan keseluruhan teratur. Untuk menemukan kesatuan dalam kemajemukan dicari unsur induk dari segala sesuatu. Kosmologi berkembang di Yunani dan memberi hidup kepada ilmu alam sudah lama dewasa dan dipilih sebagai model untuk ilmu lain. 

1.8 Etika
Etika atau filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praksis manusiawi atau tentang tindakan. Kata etika berasal dari kata Yunani etos atau adat, cara bertindak tempat tinggal, kebiasaan. Kata moral berasal dari kata Latin yaitu “mos atau moris” yang mempunyai arti yang sama. etika menyelidiki dasar semua norma moral dalam etika biasanya dibedakan etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif memberi gambaran dari gejala kesadaran moral (suara batin) dari norma-norma dan konsep-konsep etis. Etika normatif tidak  berbicara lagi tentang gejala-gejala melainkan tentang apa yang sebenarnya harus merupakan tindakan kita. Dalam etika normatif, norma-norma dinilai, dan sikap manusia ditentukan.

1.9 Estetika
Dari kata Yunani aisthesis atau pengamatan adalah cabang filsafat yang berbicara tentang keindahan. Seperti dalam etika juga dalam estetika dibedakan antara suatu bagian deskriptif dan suatu bagian normatif. Estetika deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan, sedangkan estetika normatif mencari dasar pengalaman itu. Banyak filsuf telah menyusun suatu hierarki estetika seperti yang dilakukan Hegel dan Schopenhauer. Hegel menyatakan makin kecil unsur materi dalam suatu bentuk seni makin tinggi tempatnya atas tangga hierarki. 

1.10 Sejarah Filsafat
Sejarah filsafat mengajar jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar, tema-tema yang dianggap paling penting dalam periode-periode tertentu, dan aliran-aliran besar yang menguasai pemikiran selama suatu jaman atau disuatu bagian tertentu. Cara berpikir tentang manusia, tentang asal dan tujuan, tentang hidup dan kematian, tentang kebebasan dan cinta, tentang yang baik dan yang jahat, tentang materi dan jiwa, alam dan sejarah. Tetapi ada banyak pertanyaan dan jawaban yang selalu kembali di segala jaman dan disemua sudut dunia. Oeleh karena itu sejarah filsafat sangat penting.
Sejarah filsafat dunia merupakan suatu sumber pengetahuan, pengalaman, hikmat, dan iman yang luar biasa. Sejarah filsafat merupakan suatu cermin manusia. Pertanyaan-pertanyaan dan ide-ide manusia sekarang ditemukan kembali disini dalam suatu perspektif yang sangat luas, yang mengatasi batas-batas agama, batas-batas bahasa, batas-batas jaman dan kebudayaan. 

Pembagian filsafat secara sistematis yang didasarkan pada sistematika yang berlaku didalam kurikulum akademis :
• Metafisika (filsafat tentang hal yang ada)
• Epistemologi (teori pengetahuan)
• Metodologi (teori tentang metode)
• Logika (teori tentang penyimpulan)
• Etika (filsafat tentang pertimbangan nilai)
• Estetika (filsafat tentang keindahan)
• Sejarah filsafat.







Bab III

IKHTISAR SEJARAH FILSAFAT

1. Filsafat India
Filsuf dan sastrawan Rabindranath Tagore (1861-1941). Menurut Tagore filsafat India berpangkal pada keyakinan bahwa ada kesatuan fundamental antara manusia dan alam, harmoni antara individu dan kosmos. Orang india tidak belajar untuk "menguasai" dunia, melainkan untuk "berteman" dengan dunia.

Filsafat India dapat dibagikan atas lima periode besar :

A. Jaman Weda (2000-600 SM)
- masa terbentuknya literatur suci
- masa rite korban dan spekulasi mengenai korban
- masa refleksi filsafat dalam Upanisad

B. Jaman Skeptisisme (200 SM - 300 M)
- reaksi terhadap ritualisme dan spekulasi
- Buddhisme dan Jainisme
- "kontrareformasi" dalam bentuk enam sekolah ortodoks, "Saddharsana"

C. Jaman Puranis (300-1200)
- perkembangan karya-karya mitologis, terutama berhubungan dengan Siswa dan Wisnu

D. Jaman Muslim (1200-1757)

E. Jaman Modern (setelah 1757)
- Renesanse dari nilai-nilai India sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh dari luar

A. JAMAN WEDA
Bangsa Aryan masuk India dari utara, 1500M. Literatur suci mereka disebut "Weda", Weda terdiri dari "Samhita", "Brahmana", "Aranyaka" dan "Upanisad". Samhita memuat Rigdewa (kumpulan pujian-pujian), Samaweda (himne-himne liturgis), Yajurweda (rumus-rumus korban) dan Artharwaweda (rumus-rumus magis). Komentar semua itu disebut "Brahmana", "Aranyaka" dan "Upanisad". Terpenting untuk filsafat India adalah Upanisad.
Tema Upanisad ajaran tentang hubungan Atman dan Brahman. 

B. JAMAN SKEPTISISME
Suatu reaksi terhadap ritualisme imam-imam maupun terhadap spekulasi berhubungan dengan korban para rahib. Terpenting Buddhisme, ajaran Gautama Buddha yang memberi pedoman praktis untuk mencapai keselamatan.
Reaksi lain Jainisme dari Mahawira Jina.
Sebagai kontra-reformasi, muncul dalam Hinduisme resmi enam sekolah ortodoks (disebut "ortodoks", karena Buddhidme dan Jainisme, yang tidak berdasarkan Weda, dianggap bidaah). Keenam sekolah ini, "Saddharsana", adalah Nyaya, Waisesika, Samkhya, Yoga, Purwa-Mimamsa dan Ynana (atau Uttara-Mimamsa). Yang terpenting dari sekolah Samhkya dan Yoga. Yoga dari kata "juj", "menghubungkan", mengajar suatu jalan ("marga") untuk mencapai kesatuan dengan ilah. Samkhya (artinya "jumlah", "hitungan") adalah darsana paling tua, yang mengajar sebagai tema terpenting hubungan alam-jiwa, kesadaran-materi, hubungan "Purusa" - "Praktiri".

C. JAMAN PURANIS
Tahun 300, Buddhisme mulai lenyap dari india. Pemikirin India "abad pertengahan" -nya dikusai spekulasi teologis, mengenai inkarnasi-inkarnasi dewa-dewa. Contoh ceritera dua epos besar, Mahabharata dan Ramayana.

D. JAMAN MUSLIM
Dua nama pengarang sya'ir Kabir, mencoba memperkembangkan suatu agama universal, Guru Nanak (pendiri aliran Sikh), yang mencoba menyerasikan Islam dan Hinduisme.

E. JAMAN MODERN
Pengaruh Inggeris di India, mulai tahun 1757. Memperlihatkab perkembangan kembali dari nilai-nilai klasik India, bersama dengan pembeharuan sosial. Nama terpenting Raja Mohan Roy (1772-1833), yang mengajar suatu monoteisme berdasarkan Upanisad dan suatu moral berdasarkan khotbah di bukit dari Injil, Vivekananda (1863-1902), yang mengajar bahwa semua agama benar, bahwa agama Hindu paling cocok untuk India, Gandi (1869-1948), dab Rabindranath Tagore (1861-1941), pengarang sya'ir dan pemimir religius yang membuka pintu untuk ide-ide dari luar.
Radhkrishnan (1988-1975) mengusulkan pembongkaran batas-batas ideologis untuk mencapai suatu sinkretisme hindu-kristiani, dapat berguna sebagai pola berpikir masa depan seluruh dunia.
Filsafat india dapat belajar dari rasionalisme dan positivisme Barat. Filsafat Barat dapat belajar dari intuisi Timur mengenai kesatuan dalam kosmos dan mengenai identitas mikrokosmos dan makrokosmos. Filsafat Barat terlalu duniawi, filsafat Timur terlalu mistik.

2. Filsafat Cina
Tema pokok "perikamanusiaan". Pemikiran cina lebih antroposentris dan lebih pragmatis.
Dicina diajarkan bahwa manusia sendiri dapat menentukan nasibnya dan tujuannya.

Filsafat Cina dibagikan empat periode besar:

A. Jaman Klasik (600-200 M)
B. Jaman Neo-taoisme dan Buddhisme (200 SM - 1000 M)
C. Jaman Neo-konfusianisme (1000-1900)
D. Jaman Modern (setelah 1900)

A. JAMAN KLASIK
Di Cina, jaman klasik terletak 600 dan 200 SM. Sekolah-sekolah tepenting dalam jaman klasik adalah :
1. Konfusianisme
Bentuk Latin "Kong-Fu-Tse", hidup 551 dan 497 SM. Mengajar Tao ("jalan" sebagai prinsip utama dari kenyataan) adalah "jalan manusia". Artinya manusia sendirilah yang dapat menjadikan Tao luhur dan mulya, kalau ia hidup dengan baik.

2. Taoisme
Taoisme diajarkan oleh Lao Tse ("guru tua") hidup 550 SM. Lao Tse melawan konfusius. Menurut Lao Tse bukan "jalan manusia" melainkan "jalan alam"-lah yang merupakan Tao.
Tao menurut Lao Tse adalah prinsip kenyataan obyektif, substansi abadi yang bersifat tunggal, mutlak dan takternamai. Lao Tse lebih metafisika, konfisius lebih etika. Puncak metafisika Taoisme kesadaran bahwa kita tidak tahu apa-apa tentang Tao. India "neti", "na-itu": "tidak begitu") filsafat barat "docto ignorantia", "ketidaktahuan yang berilmu")

3. Yin-Yang
"Yin" itu prinsip pasif, ketenangan, surga, bulan, air dan perempuan, simbol untuk kematian dan untuk yang dingin. "Yang" itu prinsip aktif, gerak, bumi, matahari, api dan laki-laki, simbol untuk hidup dan untuk yang panas.

4. Moisme
Moisme didirikan oleh Mo Tse 500 dan 400 SM. Mo Tse mengajar yang terpenting adalah "cinta universal", kemakmuran untuk semua orang, dan perjuangan bersama-sana untuk memusnahkan kejahatan. Filsafat Moisme sangat pragmatis.
Etika Mo Tse mengenal suatu prinsip yang antara laub dalam agama Kristen disebut "kaidah emas".

5. Ming Chia
"Ming Chia" atau "sekolah nama-nama", menyibukkan diri dengan analisa istilah-istilah dan perkataan-perkataan. "Ming Chia", "sekolag dialektik", dapat dibandingkan aliran sofisme fisafat Yunani. Ajaran mereka penting sebagai analisa dan kritik yang mempertajamkan perhatian untuk pemakaian bahasa yang tepat, dan yang memperkembangkan logika dan tatabahasa.
Dalam Ming Chia terdapat khayalan tentang hal-hal seperti "eksistensi", "relativitas", "kausalitas", "ruang", dan "waktu".

6. Fa Chia
"Sekolah hukum" berpikir tentang soal-soal praktis dan politik. Fa Chia mengajar kekuasaan politik tidak harus mulai dari contoh baik yang diberikan oleh kaisar atau pembesar-pembesar lain, melainkan dari suatu sistem undang-undang yang keras sekali.

B. JAMAN NEO-TAOISME DAN BUDDHISME
Tao dibandingkan dengan "Nirwana" dari ajaran Buddha, yaitu "transendensi di seberang segala nama dan konsep", "di seberang adanya".

C. JAMAN NEO-KONFUSIANISME
Tahun 1000 M Konfusianisme klasik menjadi ajaran filsafat terpenting.

D. JAMAN MODERN
Mulai tahun 1990 aliran fiksafat Barat paling populer pragmatisme sejak 1950 filsafat Cina dikuasai pemikiran Marx, Lenin dan Mao Tse Tung.
Tiga tema dipentingkan dalam filsafat Cina: Harmoni, toleransi dan perikemanusiaan. Harmoni keseimbangan suatu jalan tengah dari emas antara dua ekstrem. Toleransi sikap perdamaian yang memungkinkan suatu pluriformitas yang luar biasa, juga dalam bidang agama. Perikemanusiaan manusia yang harus mencari kebahagiannya di dunia dengan memperkembangkan dirinya sendiri dalam interaksi dengan alam dan dengan sesama.


Filsafat Barat
Dalam sejarah filsafat barat, dibedakan menjadi empat periode besar, yaitu :
1. Jaman Kuno (600 SM-400 M)
2. Jaman Patristik dan Skolastik (400 M-1500 M)
3. Jaman Modern (1500 M-1800 M0
4. Jaman sekarang (setelah ±1800 M)

1. Jaman Kuno (600 SM-400 M)
A. Permulaan
Sejarah filsafata barat dimulai di Milete, Asia kecil, sekitar tahun 600 SM. Pemikir-pemikir besar di Milete menyibukkan diri dengan filsafat alam. Mereka mencari suatu induk (archè) yang dianggap sebagai asal segala sesuatu. Menurut Thales, (±600 SM) airlah yang merupakan unsur induk. Sedangkan menurut Anaximander, (±610-540 SM) segala sesuatu berasal dari yang tak terbatas, dan menurut Anaximenes (±585-525 SM) udaralah yang menjadi unsur induk dari segala sesuatu.
Pada 500 SM, Phytagoras yang pada saat itu mengajar di Itali selatan, merupakan orang pertama yang menamai dirinya sebagai filsuf. Ia memimpin suatu seolah filsafat. Sekolah tersebut sangat penting bagi perkembangan matematika. Ajaran falsafinya mengatakan bahwa segala sesuatu terdiri dari bilangan-bilangan: struktur dasar kenyataan itu “ritme”.
Nama lain yang penting pada periode ini adalah Herakleitos (±500 SM) dan Parmenides (515-440 SM). Herakleitos mengajarkan bahwa segala sesuatu mengalir (“phanta rhei”) maksudnya adalah bahwa segala sesuatu berubah terus-menerus seperti air dalam sungai. Sedangan Parmenides mengatakan bahwa kenyataan justru tidak berubah, segala sesuatu betul-betul ada sebagai kesatuan mutlak yang abadi dan tak terbagikan.
B. Puncak jaman klasik
Puncak jaman klasik dicapai oleh Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates (±470-400 SM), merupakan guru Plato, ia mengajarkan bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting untuk tindakan kita. Pikiran-pikiran Sokrates hanya dapat diketahui melalui tulisan-tulisan pemikir Yunani lain, terutama Plato. Karena Sokrates tidak menulis pemikiran-pemikirannya. Plato (428-348 SM) menggambarkan Sokrates merpakan seseorang yang alim yang mengajarkan bagaimana manusia dapat menjadi bahagia berkat pengetahuan tentang apa yang baik.
Filsafat Plato merupakan perdamaian antara ajaran Parmenides dan ajaran Herakleitos. Dalam dunia ide-ide segala sesuatu abadi, sedangkan dalam dunia yang terlihat, dunia kita yang tidak sempurna, segala sesuatu mengalami perubahan.
Aristoteles (384-322 SM), pendidik Iskandar Agung, adalah murid Plato. Tetapi ia tidak setuju dengan Plato dalam banyak hal. Menurut Aristoteles, ide-ide tidak terletak dalam suatu “surge” diatas dunia ini, melainkan di dalam benda-benda sendiri. Setiap benda terdiri dari dua unsur yang tidak terpisahkan, yaitu materi (hylè) dan bentuk (morfè). Menurut Aristoteles, materi tanpa bentuk tidak ada.filsafat Aristoteles sangat sistematis. Tulisannya menyumbangkan ilmu pengetahauan yang besar.
C. Hellenisme
Iskandar Agung medirikan kerajaan raksasa, dari India Barat sampai Yunani dan Mesir. Kebudayaan Yunani yang membanjiri kerajaan ini disebut “Hellenisme” yang erasal dari kata “Hellas”, “Yunani”. Hellenisme yang masih berlabgsung juga selama kerajaan Romawi, mempunyai pusat intelektualnya di tiga kota besar: Athena, Alexandria dan Antiochia. Tiga aliran filsafat yang menonjol dalam jaman Hellenisme, yaitu
1. Stoisisme
Diajar oleh a.l. Zeno dari Kition (333-262 SM), terkenal karena ajaran etikanya. Etika Stoisisme mengajarkan bahwa manusia akan bahagia jika ia berindak sesuai dengan akal budinya
2. Epikurisme
Diajarkan oleh Epikuros (341-270 SM), juga terkenal karena ajaran etikanya. Epikurisme mengajarkan bahwa manusia harus mencari kesenangan sedapat mungkin. Kesenangan itu baik, asal selalu sekedarnya.
3. Neo-platonisme
Diajarkan oleh Plotinos (205-270 SM). Neo-platoisme mengatakan bahwa seluruh kenyataan merupakan suatu proses “emanasi” yang berasal dari Yang Esa dan yang kembali ke Yang Esa, berkat “eros”: kerinduan untuk kembali ke asal Ilahi dari segala sesuatu.

2. Jaman Patristik dan Skolastik
Pada akhir Jaman Kuno dan selama abad pertengahan filsafat barat dikuasai oleh pemikiran kristiani. Filsafat kristiani ini mencapai dua kali periode keemasan, yaitu dalam Patristik dan dalam Skolastik.


A. Jaman Patristik
Patristic (dari kata Latin “Patres” yang berarti “Bapa-bapa gereja”) dibagi atas Patristik Yunani (atau Patristik Timur) dan Patristik Latin (atau Patristik Barat). Tokoh dari Patristik Yunani antara lain Clemens dari Alexandria (150-215 M), Origenes (185-254 M), Gregorius dari Nazianze (330-390), Basilius (330-379), Gregorius dari Nizza (335-394 M) dan Dionysios Areopagita (±500 M. tohoh dari Patristik latin antara lain Hilarius (315-367 M), Ambrosius (339-397), Hieronymus (347-420 M) dan Augustinus (354-430 M). ajaran falsafi-teologis Bapa-bapa gereja memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia.
B. Jaman Skolastik
Sekitar tahun 1000, peranan Ployinos diambil alih oleh Aristoteles. Aristoteles menjadi terkenal kembali melalui beberpa filsuf Islam dan Yahudi. Pengaruh Aristoteles lama-kelamaan begitu besar sehingga ia disebut sebagai Sang Filsuf. Pertemuan pemikiran Aristoteles dengan iman Kristiani menghasilkan banyak filsuf penting. Mereka sebgauian besar berasal dari kedua ordo baru yang lahir dalam abad pertengahan, yaitu para Dominikan dan Fransiskan.
Filsafat mereka disebut dengan “Skolastik”, dari kata Latin “scholasticus”, yang berarti “guru”. Karena dalan periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universita menurut suatu kurikulum yang tetap dan yang bersifat internasional. 

3. Jaman Modern
1. Renesanse
Jembatan antara Abad Pertengahan dan Jaman Modern, periode antara sekitar 1400-1600 disebut “Renesanse” (jaman kelahiran kembali).  Dalam jaman renesanse, kebudayaan klasik dihidupkan kembali. Pembaharuan terpenting yang terlihat dalam filsafat renesanse adalah “antroposentrisme”-nya. Mulai sekarang, manusialah yang dianggap sebagai titik focus dari kenyataan.
2. Jaman Barok
Filsuf dari jaman Barok adalah R. Decartes (1596-1650), B Spinoza (1632-1677) dan G. Leibniz (1646-1710). Filsuf-filsuf ini menekankan kemungkinan akal budi (ratio) manusia. Mereka juga menyusun suatu system filsafat dengan menggunakan metode matematika.
3. Fajar Budi
Periode ini dari sejarah barat disebut “Jaman Pencerahan” atau “Fajar Budi” (dalam bahasa Inggris “Enlightenment), dalam bahasa Jerman “Aufklärung”. Filsuf besar dalam jaman ini antara lain, J. Locke (1632-1704), G. Berkeley (1684-1753). Di Perancis J.J. Rousseau (1712-1778) dan di Jerman Immanuel Kant (1724-1804)., yang menciptakn sintase dari rasionalisme dan empirisme dan yang dianggap sebagai filsuf terpenting dari jaman modern. 
4. Romantik
Filsuf besar dari Romantik berasal dari Jerman, yaitu J. Fichte (1762-1814), F. Schelling (1775-1854) dan G. Hegel (1770-1831). Aliran yang diwakili oelh ketiga filsuf ini disebut idealism. Dengan idealism disini dimaksudkan bahwa mereka memprioritaskan ide-ide, berlawanan dengan “materialism” yang memprioritaskan dunia material.

4. Masa Kini
Dalam abad ketujuh belas dan kedelapan belas sejarah filsafat Barat, memperlihatkan aliran-aliran yang besar, yang mempertahankan diri dalam wilayah yang luas, yaitu rasionalisme, empirisme, dan idealism. Dibawah ini hanya disebut aliran-aliran yang paling berpengaruh, yaitu: positivism, marxisme, eksistensialisme, pragmatism, neo-kantianisme, neo-tomisme dan fenomenologi.
1. Positivisme
Positivisme mulai pada filsuf A. Comte (1798-1857). Comte mengatakan bahwa pemikiran setiap manusia, pemikiran setiap ilmudan pemikiran suku bangsa manusia pada umumnya melewati tiga tahap, yaitu tahap teologis, tahap metafisis, tahap positif-ilmiah. Dalam abad kedua puluh, positicisme diperbaharui dalam neo-positivisme, suatu aliran yang mempunyai asalnya di Wina. Oleh karena itu, filsuf-filsuf dari aliran ini disebut anggota dari lingkaran Wina.
2. Marxisme
Marxisme mengajarkan sebagai “material dialektis”, bahwa kenyataan kita akhirnya hanya terdiri dari materi yang berkembang melalui suatu proses dialektis. Tokoh dari materialism dialektis terutama K. Marx (1818-1833) dan F. Engels (1820-1895). Menurut Marx, filsafat harus menjadi praktis: merumuskan suatu ideology, suatu strategi untuk merubah dunia.
3. Eksistensialisme
Eksistensialisme dipersiapkan dalam abad kesembilan belas oleh S. Kierkegaard (1813-1855) dan F. Nietzsche (1844-1900). Eksistensialisme merupakan nama untuk macam-macam jenis filsafat. Semua jenis ini mempunyai inti yang sama, yaitu keyakinan yang konkret , dan tidak pada hakekat (essensi) manusia pada umumnya. Manusia pada umumnya sama sekali tidak ada. Yang ada itu hanya orang ini dan itu. Esensi seseorang ditentukan selama eksistensinya di dunia ini.
4. Fenomenologi
Fenomenologi lebih suatu metode falsafi daripada suatu ajaran. Metode fenomenologis berasal dari E. Husserl (1859-1938) dan kemudia dikembangkan oleh M. Scheler (1874-1928) dab M. Merleau-Ponty (1908-1961). Fenomenologi mengatakan bahwa kita harus memperkenalkan gejala-gejala dengan menggunakan intuisi. Kenyataan tidak harus didekati dengan argument-argumen, konsep-konsep dan teori-teori umum.
5. Pragmatisme
Merupakan aliran filsafat yang lahir di Amerika Serikat sekitar tahun 1900. Tokoh penting dalam aliran filsafat ini adalah Ch. S. Peirce (1839-1914), W. James (1842-1920) dan J. Dewey (1859-1914). Pragmatism mengajarkan bahwa ide-ide tidak benar ataupun salah, melainkan ide-ide dijadikan benar atau suatu tindakan tertentu. Menurut pragmatism, tidak harus ditanyakan “apa itu?”, melainkan “apa gunanya?” atau “untuk apa?”.
6. Neo-kantianisme dan neo-tomisme
Neo-kantianisme berkembang di Jerman. Filsafat dalam aliran ini dianggap sebagai epistemology dan kritik ilmu pengetahuan. Tokoh dalam aliran ini adalah E. Cassirer (1874-1945), H. Rickert (1863-1936) dan H. Vainhinger (1852-1933).
Neo-tomisme berkembang di dunia Katolik di Negara Eropa dan Amerika. Aliran ini mula-mula agak konservatif, tetapi berkat dialog dengan filsafat Kant, dengan eksistensialisme dan ilmu pengetahuan modern menjadi suatu aliran yang penting dan berpengaruh. Tokoh dalam aliran ini adalah J. Marèchal (1878-1944), A. Sertillanges O.P. (1863-1948) dan Maritain (1882-1973).
7. Aliran-aliran paling baru
Pada sekarang ini terdapat dua aliran filsafat yang mempunyai peranan besar, tetapi belum dianggap sebagai aliran yang membuat sejarah, karena mereka masih terlalu baru. Kedua aliran ini yaitu filsafat analitis dan strukturalisme.
Filsafat analitis merupakan aliran terpenting di Inggris dan Amerika Serikat sejak sekitar tahun 1950. Filsafat analitis menyibukkan diri dengan analisa bahsa dan analisa konsep-konsep. Filsafat analitis sangat dipengaruhi oleh L. Wittgenstein (1889-1951). Sedangkan aliran strukturalisme berkembang di Perancis sejak tahun 1960. Strukturalisme menyelidiki patterns (pola-pola dasar yang tetap) dalam bahasa, agama, system ekonomis dan politik, dan alam karya kesusateraan. Tokoh dalam strukturalisme antara lain Cl. Lèvi-Strauss, J. Lacan dan M. Foucault.


BAB IV
Filsafat Dalam Praktek

Mengapa belajar filsafat?
Terdapat perbedaan besar antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Sejarah suatu ilmu tertentu kurang penting bagi manusia dewasa ini. Karena pendapat-pendapat ilmiah dari dulu menjadi pra-ilmiah atau kekeliruan setelah tercapai suatu tahap lebih dewasa. Setiap langkah baru dalam perkembangan suatu ilmu berarti bahwa langkah yang lebih awal kehilangan aktualitasnya. Lain halnya dalam filsfat. Pendapat masa kini mengenai pertanyaan terakhir, pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan, tidak lebih baik atau lebih benar daripada pendapat dari ratusan atau ribuan tahun yang lalu. Pertanyaan falsafi semua orang dari segla jaman dan semua sudut dunia kelihatannya sama tua dan sama opandai atau bodoh.

Tugas filsafat menurut filsuf
a. Karl Popper
Menurut Popper, tugas filsafat sekarang ini berpikir kritis mengenai alam raya dan tentang manusia di dalmanya; berpikir mengenai kemampuan pengetahuan kita dan kemampuan kita terhadap kebaikan dan kejahatan. 
“Semua orang adalah filsuf, karena semua mempunyai salah satu sikap terhadap hidup dan kematian. Ada orang yang berpendapat bahwa hidup itu tanpa harga, karena hidup ini akan berakhir. Mereka tidak menyadari bahwa argument yang terbalik juga dapat dikemukakan, yaitu bahwa – kalau hidup tidak akan berakhir – hidup tanpa harga, dan bahwa bahay yang selalu hadir, yaitu bahwa kita dapat kehilangan hidup, sekurang-kurangnya ikut menolong untuk menyadari nilai dari hidup.” (K. Popper, dalam How I See Philosophy, o.c. hlm. 55)
b. Gabriel Marcel
Gabriel Marcel melihat filsafat sebagai reconnaissance, yang berarti sekaligus mengingat, mengakui, menyelidiki, dan berterrima kasih. Gabriel Marcel menekankan dua arti, yaitu penyelidikan dan sikap berterima kasih tau penghargaan. Kedua rti ini dari reconnaissance, memperlihatkan kedua dimensi pengetahuan manusia: masa lampau dan masa depan.
Tugas filsafat sekarang ini, menurut Gabriel Marcel terdiri dari kedua jenis reconnaissance, yaitu sikap penghargaan dan sikap keterbukaan, kerelaan untuk menerima. Dengan demikian filsafat menjadi suatu re-thinking, suatu refleksi kedua yang dapat mengatasi jurang yang dialami manusia dalam jaman kita, yaitu jurang antara sikap teknis dan analitis di satu pihak dan hidup di lain pihak.
c. Alfred North Whitehead
Alfred menguraikan filsafat sengan ata-kata sebagai berikut:
“Filsafat itu tidak salah satu ilmu di antara ilmu-ilmu lain. “filsafat itu pemeriksaan dari ilmu-ilmu, dan tujuan khusus dari filsafatitu menyelerasasikan ilmu-ilmu dan melengkapinya.”
Filsafat mempunyai dua tugas, yaitu: menenkankan bahwa abstraksi dari ilmu-ilmu betul-betul hanya bersifat abstraksi (maka tidak merupakan keterangan yang menyeluruh), dan melengkapi ilmu-ilmu dengan cara ini: membandingkan hasil ilmu-ilmu dengan pengetahuan intuitif meneganai alam raya, pengetahuan yang lebih konkret, sambil mendukung pembentukan skema-skema berpikir yang lebih menyeluruh. 

Petunjuk untuk studi filsafat
Sedikit sekali orang berfilsafat secara sistematis. Karena itu, diandaikan suatu sikap ilmiah yang baru diperoleh setelah studi bertahun-tahun. Tetapi ada jenis partisipasi dalam filsafat yang tidak merupakan bidang eksklusif untuk spesialis-spesialis, tetapi yang mengatasi filsafat sehari-hri. Jenis partisipasi ini terbuka untuk semua orang dengan pendidikan yang tidak terlalu sempit, orang yang senang dengan kekebasan berfikir mereka, orang yang memilih posisi di tengah semua kekacauan ideologis, politik, etis, religious dan social. Untuk mereka bergunalah studi pribadi mengenai masalah-masalah pook filsafat dan studi tokoh-tokoh klasik dalam sejarah.
Studi ini dapat terjadi dalam macam-macam bentuk.membaca karya-karya tulis filsuf besar secara langsung biasanay terlalu sukar. Lebih baik mulai dengan suatu buu pengantar umum, suatu pengantar tentang pemikiran seorang filsuf tertentu, atau studi mengenai sejarah filsafat.


HAKIKAT FILSAFAT ILMU (Pengertian, Cakupan, Objek, Metode, dan Tujuan)

A.     HAKIKAT FILSAFAT ILMU
Banyak ilmuwan menyatakan bahwa merupakan induk dari segala ilmu. Filsafat telah mengantarkan kepada suatu fenomena adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana pohon ilmu oengetahuan telah tumbuh dan berkembang secara subur sebagai  fenomena kemanusiaan dan menjadi banyak cabang ilmu pengetahuan. Hakikat filsafat ilmu selain sebagai patokan, penentu, sekaligus petunjuk arah kemana ilmu pengetahuan akan berlayar atau berjalan juga filsafat ilmu menetukan kemana ilmu pengetahuan akan diantarkan atau dikembangkan.
Awal pemikiran filsafat dapat ditelusuri dari sejarah para pemikiran dari Thales (624-548 SM), Anaximenes (590-528 SM), Pythagoras (532 SM), Heractilus (535-475 SM), Parminedes (540-475 SM), serta banyak lagi pemikir lainnya. Menurut Anthony Preus (2007), kata falsafah atau filsafat merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani  “philosophia”. Berasal dari kata philia = persahabatam atau cinta dan sophia = kebijaksanaan. Shopia meliputi kebenaran, pengetahuan yang luas, kebijaksanaan intelektual, pertimbangan sehat, keluasan pikiran, kelapangan dalam memahami sesuatu, berpikir secara bebas, berpikir secara mendalam dan berpikir secara sungguh-sungguh. Sehingga mempunyai arti seorang pecinta kebijaksanaan atau ilmu. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher, dalam bahasa Arab dikenal sebagai failasuf.
B.     PENGERTIAN FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu adalah telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, baik ditinjau dari sudut ontologis, epistemologis, maupun aksiologis yang dilakukan melalui proses diakletika secara mendalam (radic) yang sistematis dan bersifat spekulatif. Ada dua buah konsep filsafat ilmu yang senantiasa dipertanyakan, yaitu tentang apa dan bagaimana. Apa itu ilmu dan bagaimana ilmu itu disusun dan dikembangkan?
Pemikiran filsafat termasuk filsafat ilmu berkambang sangat cepat, Solihin (2007) menguraikan proses filsafat dimulai dari demitologisasi menuju gerakan logosentrisme. Setelah adanya demitologisasi oleh para pemikir ilmu alam (fisika) yang memposisikan pengetahuan alam merupakan “a higher level of knowledge”, maka dari sini lahirlah filsafat ilmu sebagai lanjutan dari pengembangan filsafat umum. Jujun (2010) mengatakan, berkaitan dengan masalah ilmu tentu saja tidak dapat dipisahkan dengan pengetahuan, pengetahuan merupakan khazanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Kita menyusun pengetahuan yang benar dengan epistemology, yang disebut juga filsafat ilmu, cabang filsafat yang mempelajari dan menentukan ruang lingkup pengetahuan. Dan membahas bagaimana ilmu didapatkan, bukan untuk apa atau mengenai apa.
Bila filsafat ilmu bisa memperoleh sifat ilmiah maka ia juga dapat dikatakan ilmu, sebab dengan sadar dia menuruti kaidah kebenaran, memiliki metode, memiliki sifat dengan dan hasil sifatnya yang universal. Tetapi ada hal yang mendasar yang memberikan perbedaan antara filsafat dan ilmu, yaitu dari sisi sudut pandang pembahasan. Ilmu memlihat objek cukup dalam tetapi tidak sedalam filsafat yang radika;, filsafat membahas objek sedalam-dalamnya. Filsafat ilmu maupun ilmu itu sendiri mempunyai landasan utama yaitu fakta atau realitas menjadi basis utama bangunan segala disiplin ilmu. Ilmu menjelaskan fakta, sementara filsafat ilmu subjek materinya yaitu menganalisis prosedur logis dari ilmu (analysis of the procedures and logic of scientific explanation).
C.     CAKUPAN FILSAFAT ILMU

Filsafat ilmu berkembang sangat pesat, seiring tumbuh dan berkembangnya beragam keilmuan yang telah dilahirkan oleh para ilmuwan. Berkembangnya filsafat ilmu mengantarkan berbagai disiplin ilmu baru tentu saja semakin memperluas wilayah kajian filsafat ilmu, baik yang menyangkut cakupan fisika maupun metafisika. Dari sekian banyak telaah tentang cakupan filsafat dan filsafat ilmu yang telah dikemukakan, baik dari masa Plato, Aristoteles, Renaisans, maupun pemikiran filsafat kontemporer, ternyata cakupan filsafat dan filsafat ilmu sangat luas. Namun demikian, dia tetap saja berputar di sekitar lapangan utama filsafat, yakni seputar logika, etika, estetika, fisika, dan metafisika. Walaupun ada para ahli yang membahasnya dari segi cakupan pembahasan yang relative berbeda dan mendalam namun esensinya tetap sama, dan dia hanya berbgerak pada konstruk filsafat yaiut ontologis, epistemologis, dan aksiologis.





Sumber: Book Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat, Dr. Harry Hamersma, Pustaka Filsafat.